Kamis, 07 Juni 2012

Si tomboy episode terakhir - sebuah penyesalan



Milly berlari kencang, terlihat raut wajah yang penuh emosi. Yah.. dia marah, sangat marah. Tersadar akan semua kebohongan Hanz. Hanz telah merubah hidupnya, bukan menjadi lebih baik. Justru sebaliknya.. kehidupan Milly hancur berantakan. Termasuk Teya, sahabatnya.

"Hanz!!!!!" teriaknya ketika menemui Hanz di basecamp.
Hanz tersenyum, berpikir bahwa Milly akan mengajaknya makan siang kali ini.
Bukkkkk pukulan segar menyerang wajah Hanz, belum puas bagi Milly kalo ngga membuat laki-laki yang satu ini keabisan tenaga.
"Lo keterlaluan Hanz, Lo udah bikin hidup gw berantakan. Lo liat sekarang, semenjak Lo hadir gw jadi ancur.. Lo udah ngerusak semuanya, termasuk Teya." jeritnya, masih sambil menghajar Hanz. Milly ngga ngasih kesempatan Hanz untuk berdiri. Pertengkaran tanpa perlawanan, Hanz pasrah. Tubuhnya ambruk, dia tak berdaya. Dan Milly pergi, dengan senyuman licik di mulutnya, dia puas.

***
Kehidupan Milly kembali normal, tapi tanpa Teya. Teya pulang ke kampungnya, Klaten. Dan Milly sama sekali gag tau dimana alamatnya. Nomor hp Teya gag satupun yang aktif, begitu juga dengan teman dekatnya. Didi membungkam mulutnya. Setiap kali Milly bertemu dengannya di kampus, Didi terlihat menghindar. Milly keabisan akal, dan dia pasrah.
"Di.. gw mohon, kasih tau gw dimana alamat Teya.." ujar Milly sambil menahan nangis. Didi gag mempedulikan permintaan Milly, dia pergi begitu aja. Dan Milly lemas..

***
Lima tahun kemudian...

"Assalamualaikum.. Tey.." sapa seorang gadis di sebuah mesjid ketika Teya baru selesai solat Dhuha. 
"Waalaikumsalam.. Maaf anda mengenal saya?" tanyaku bingung. Gadis itu tersenyum, "Ini gw Tey, Milly.."
Teya terdiam, ada raut wajah ngga percaya yang Milly tangkap dari guratan wajah Teya.
"Milly?" tanyanya sekali lagi. Milly mengangguk.. dia tersenyum. Teya memeluk Milly.. dia berubah. Memakai jilbab dan gamis panjang yang serba tertutup. Seumur-umur aku ngga pernah liat Milly menggunakan kaos kaki. Dan kali ini aku melihat sesuatu yang sebenarnya aku masih ngga percaya dengan penglihatanku.. Milly menjadi seorang gadis muslim yang berjilbab..

"Kamu cantik, Mil.." ujarku saat berbincang-bincang di teras rumah.
"Masih kalah cantik sama kamu, Tey.. Heii.. jahat. Kenapa selama ini ngga ngabarin aku.. sama sekali ngga ngasih tau dimana alamat kamu di Klaten" ujar Milly kesal.
"Nahh.. itu yang mau aku tanyakan, kamu tau rumah aku darimana Mil.. Didi?" tanyaku bingung.
"Iya.. aku bertemu dengannya tiga hari yang lalu, saat ada pengajian bulanan di mesjid deket rumah. Dan kamu tau Tey, siapa penceramahnya? Didi.. dia jadi seorang Ustadz.." Milly tertawa kecil. 
Sulit dipercaya.. Didi menepati janjinya, dia bener-bener mencoba seperti yang aku sarankan dulu waktu aku masih satu kampus dengannya..

Aku dan Milly kembali.. masih seperti sahabat yang tak tergantikan. Kejadian di masa lalu itu hanya menjadi sebuah penyesalan. Dan ngga akan ada kesempatan untuk mengulang semuanya lagi..


Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar