Rabu, 23 Mei 2012

Music in Love


Teya terkaget-kaget saat Ron membawa setumpuk surat buat band barunya. Ron hanya tersenyum tipis, terlihat santai. Tanpa peduli dengan ekspresi Teya yang masih terpaku tak percaya. Memang sulit dipercaya banyak penikmat musik yang merespon single barunya. Teya berpikir untuk bisa diterima di masyarakat aja masih minim. Faktanya justru meledak pesat, penikmat musik membanjiri voting via sms di Green Radio. Banyak request’an yang gag pernah dibayangkan sama sekali. Pelupuk mata Teya mendadak banyak bendungan air mata, seakan ini semua hanya mimpi. Ron, Dion, Ken dan Ryan mencoba menenangkan pikiran Teya. Mereka sadar tenyata Teya udah berusaha keras untuk bisa memunculkan Dream ke permukaan dunia musik. Teya gag peduli Dream udah punya manager atau manajemen sekalipun. Teya hanya fokus pada karyanya, dan bagaimana cara lagunya bisa diterima dengan zaman yang sekarang.
    “ ka Ron.. ini gag mimpi kan? “ Tanya Teya masih gag percaya.
    “ Ini nyata de.. kamu udah berhasil..! “ balas Ron.
    “ Iya de.. kita semua salut ama kamu, punya partner kerja yang gag ada matinya. Terus maju pantang mundur nyerang semua lawan didepan..” ujar Ken.
    “ Ah kalian tuh ya, bisanya cuma bikin aq geer. Karna kalian juga lah aq bisa nyelesain lagu yang aq bikin. “ balas Teya.
    “ Iya sih de.. tapi tetep aja yang lebih banyak berkorban itu kamu de.. sampe nomor dua’in kuliah kamu gitu. Padahal kita semua tau kamu lagi proses pembuatan skripsi kan??” tanya Ron.
    “ Iya ka.. kayak yang baru kenal aq aja.. udahlah mending kita buka-bukain semua amplop itu. Kali aja ada inspirasi baru, lumayan buat modal single selanjutnya. “ Ujar Teya.
****
    Krrriingggggggggggg!!!!!!
    Ken terbangun tiba-tiba, waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Dia merasakan pusing yang gag kayak biasanya. Teringat semalam dia bersama personil Dream ngadain pesta kecil-kecilan. Itung-itung ngerayain suksesnya Teya dan suksesnya para personil Dream. Sedikit minuman hingga akhirnya semua pada tepar gag sadarin diri. Tapi Ken sempat melihat sedikit bayangan berwarna putih, dia masih tersadar dan melihat jelas kalo Teya sedang melaksanakan solat sunah tahajud ditengah-tengah kita yang lagi pada mabok. Teya menangis pelan.. Ken ingat itu..
Ken masih merenungi kejadian semalam, andai aja mereka dengerin jeritan Teya yang melarang kita semua beli minuman, mungkin sekarang kepala’y gag sesakit ini. 10 botol minuman dalam semalam, ditambah lagi Ron yang membawa belasan weaskey di tas’y. Terasa lengkap namun menjerumuskan.. Ken masih merenung. Dilihatnya ponselnya yang terdapat 3 new message, dari Teya. Dia menyuruhku datang ke studio untuk latihan. Ken pikir Teya kecewa, tapi pagi ini dia masih mengurusi band kita. Sungguh dewasa gadis itu.. gag memandang betapa buruknya kita dimata dia. Ken mengagumi Teya diam-diam.
***
    “ ka Ron.. si ka Ryan mana?? Jam segini belum ada kabar..” tanya Teya cemas karna melihat personil’y gag lengkap.
    “ Tadi sih dya bilang masih dijalan.. si Ken lagy usaha wat hubungin dia kok.. dah kamu tenang aja de, pasti sebentar lagi Ryan dateng.” Ujar Ron.
    “ Iya.. aq tenang ka, aq berusaha kondisiin kegugupan aq. Tapi kita perform jam 11 siang ka.. sekarang udah jam setengah 11. Aq takut aq gag bisa nahan emosi aq pas di panggung. Tau sendiri di kompetensi kali ini lawan terberat kita siapa.. Venus ka.. grup yang selalu bermasalah sama kita.”
    “ Kamu yang selalu ngingetin kita terhadap pikiran positif de, tapi kenapa sekarang kamu yang sepertinya dikuasain sama pikiran negatif kamu. Tenang de.. semua akan baik-baik aja.. seberat apapun lawan kita, semua udah ada yang ngatur. Yang penting kita udah berusaha semaksimal mungkin.” Ujar Ken mencoba menenangkan pikiran Teya yang memang wajahnya terlihat sedikit pucat.
    Sebenarnya Dream dan Venus gag ada permasalahan, hanya aja vokalis band Venus adalah masa lalu Teya. Teya begitu tertutup soal masa lalunya, berbeda hal kalo udah terbuka soal inspirasi-inspirasinya. Ken sendiri tau itu semua dari salah satu personil Venus, Ken cukup berteman baik dengan dia. Diam-diam Ken mencari tau soal Rama vokalis band Venus. Memang wajar kenapa sekarang Teya begitu membenci band Venus, karna memang kalo dilihat dari keadaan Teya yang sampai sekarang masih trauma berpacaran. Alasan yang masuk akal kalo sampai detik ini pun Teya selalu gugup apabila harus berhadapan langsung dengan Venus. Bukan salah Teya juga setiap kali mau perform dia ngedadak menghilang, bukan sekali atau dua kali juga.. lima menit sebelum Dream dan Venus akan perform bareng, Teya ngedadak gag ada di ruang tunggu. Dia pulang!
Belum pernah dalam sejarah ratusan band di Indonesia, setiap kali sebelum perform band itu kehilangan vokalisnya, kejadian itu hanya setiap Dream akan berhadapan langsung dengan Venus. Yang lain gag ada masalah..
    Ken merangkul Teya yang semakin terlihat pucat, apalagi dilihatnya Ryan yang udah datang dan ikut duduk di ruang tunggu. Menanti nama band mereka dipanggil dan perform di panggung. Ken tersadar tangan Teya bergetar, keringat dingin membanjiri wajahnya, Ken tau sebenarnya Teya mengharapkan Ryan tak datang. Dengan begitu Dream batal perform dan dia bisa pulang. Kalo udah begini apa daya dia untuk bisa gag tampil, kecuali kalo Teya berpikir untuk nekat kabur lagi sebelum perform untuk kesekian kalinya. Tapi Teya masih memutar otak untuk mencari cara biar gag bisa perform tanpa harus dicurigai personil yang lain. Ken berusaha membaca pikiran Teya yang dari tadi hanya terduduk paku, Ron dan yang lainnya sedang sibuk menghapalkan melodi-melodi baru untuk bisa memberikan warna di perform kali ini. Teya ngedadak ingin menjerit, dia bimbang.. ada perasaan gag tega melihat personil-personilnya begitu serius menginginkan penampilan maksimal kali ini. Masa iya dia harus membuat semuanya batal, lalu bagaimana dengan Venus? Kepala Teya begitu pusing, dia berpikir keras. Teya sampai gag sadar kalo Ken telah menggenggam tangannya sejak tadi. Memang Teya paling lemah kalo udah mengalami sindrom traumatisnya..
Ken tetap mencoba membuat hatinya tenang, semampunya.. gag peduli dengan perasaan Teya yang semakin kacau. Dia hanya ingin membuat gadis yang dikaguminya itu bisa mengalahkan rasa traumanya kali ini. Ken gag menginginkan Teya kembali membuat kecewa para personil Dream. Termasuk dirinya yang mengharapkan Teya bisa perform kali ini di Panggung. Ken menggantungkan keinginan penuhnya terhadap Teya.. Ken hampir putus asa.
    “ ka Ken..” ujar Teya lemah.
    “ ya de.. “ balas Ken cepat.
    “ aq pengen ke toilet.. “
    “ ya udah sana nanti bocor disini lagi.. “ ujar Ken berusaha mencairkan suasana.
    Teya berdiri dan bergegas pergi dari ruang tunggu.. dan tiba-tiba semua gelap. Teya ambrukk!!!! Dia gag sadarin diri.. Ken mencoba mengatasi rasa paniknya. Personil Dream yang lain mengikuti kata-kata Ken untuk menelepon ambulance.. wajah Teya pucat parah. Suhu badannya naik drastis, Ken panik. Dia ingin menangis, gadis yang dia kagumi sekarang tergeletak tak berdaya. Entah apa yang Teya rasakan Ken gag peduli. Yang dia pikirkan adalah bagaimana membawa Teya cepat kerumah sakit terdekat.
    Honey Cafe mendadak penuh sesak, semua tamu undangan bergantian melihat keruang tunggu. Mereka ingin tau bagaimana keadaan Teya si vokalis muda yang mereka tunggu-tunggu penampilannya. Terasa seperti mimpi bagi Ron dan yang lainnya, melihat Teya terbaring lemah di atas kursi panjang ruang tunggu. Dua puluh menit kemudian mobil ambulance memasuki parkiran Honey Cafe, dua petugas rumah sakit dengan cepat memasuki ruang tunggu dengan membawa beberapa alat medis. Mereka langsung menangani Teya yang terbaring di kursi panjang. Ken tetap berusaha mengatasi rasa paniknya, berusaha menahan emosinya ketika melihat band Venus telah perform di panggung. Semua ini karna Rama, gumam Ken. Terbesit di pikiran Ken untuk membalaskan semua yang terjadi selama ini pada Teya. Tapi untuk sekarang dia ingin fokus sama keadaan Teya, dia mengerti akan penderitaannya. Selama enam tahun ini Teya hidup dalam sindrom ketraumatisannya. Sedikit kejadian yang membuatnya bahagia, sisanya hanya menyebabkan trauma parah. Semenjak disakiti Rama, Teya jadi mudah trauma. Bahkan dia hampir gila sebelum Ken menemukannya terduduk sendiri diantara anak-anak jalanan. Ken melihat gadis itu berbeda, makanya Ken mengajaknya tinggal di apartemennya. Ken mencari uang untuk mengkuliahkan Teya, sampai akhirnya Teya berkeinginan untuk membentuk sebuah band. Dia sempat menghilang selama tiga bulan dari apartement, Ken setiap hari berusaha mencari dimana keberadaan Teya. Dia saat itu buta Bogor, Ken dilanda kekhawatiran yang berlarut-larut. Selama tiga bulan Ken bolak-balik kantor polisi untuk menanyakan informasi tentang Teya. Gadis itu misterius, tak ada sedikitpun pesan untuk melacak jejaknya. Ken memang belum mengenal Teya lebih detail, baru saja dia ingin mengajak Teya untuk melanjutkan kuliahnya di tempat dia berkarir. Tapi mendadak Teya menghilang, Teya menganggap Ken gag lebih dari seorang kakak. Entah apa yang dipikirkan Ken, dia mengharapkan lebih. Seiring waktu Ken merasakan ada perasaan lebih, entah apa itu.
Tiga bulan kemudian Ken melihat Teya udah berada di dapurnya, dia tersenyum melihat Ken yang hanya berdiri terpaku. Wajahnya mengisyaratkan rasa gag kepercayaannya melihat Teya tiba-tiba lagi asik masak di dapurnya. Teya menyelesaikan masakannya, dan mengajak Ken ke ruang makan. Yang gag bisa di percaya juga di ruang makan udah ada tiga orang laki-laki, mereka tersenyum melihat Ken yang baru bangun tidur. Setelah keadaan membaik, Teya menceritakan alasannya kenapa selama tiga bulan ini dia menghilang. Memang sebelum Teya pergi dia sempat mengutarakan keinginannya membentuk sebuah band. Nyatanya Teya berusaha sendirian tanpa harus memberi tau Ken, padahal saat itu dia baru seminggu mengenal dan tinggal di apartement Ken. Ken masih belum mengerti maksud dan tujuan Teya, dia gag mau memaksa Teya untuk bercerita lagi. Ken udah cukup bahagia dengan kembalinya Teya beserta hadirnya tiga orang laki-laki yang gag lain adalah Ron, Ryan dan Dion. Itu semua memberikan suasana baru di apartement miliknya, kehadiran orang-orang baru yang sampai detik ini menemani kesepiannya.
***
    Kehidupan Dream berubah sesaat, kehilangan satu senyuman kekal semenjak terbentuknya Dream di dunia musik. Teya dirawat dirumah sakit, entah apa penyakitnya sampai tak satupun yang tau kecuali Teya dan Yang Maha Kuasa. Bahkan Ken sendiri yang begitu dekat dengan Teya gag tau juga apa penyakit yang di derita Teya.
    Sesekali Ken melihat Teya dari jendela kamar rawatnya, sesekali juga Ken menahan rasa ingin berteriaknya seakan tenggorokannya udah lenyap karna rasa khawatirnya.
    “ Ken.. gimana Teya? “ tanya Dion.
    “ Entahlah, dokter yang ngerawatnya terlihat nutup-nutupin soal keadaan Teya. Gw gag bisa maksa karna Teya nyuruh gw gag terlalu mikirin keadaan dia.” Jawab Ken bingung.
    “ Teya selalu seperti itu.. kita dianggap apa coba. Hampir enam tahun lebih bareng-bareng masa iya dia masih nutup-nutupin soal penyakitnya?? “ ujar Ryan.
    “ Ya mungkin Teya punya cara sendiri wat ngejalanin kehidupannya Yan.. dah kalian pulang sana. Biar gw yang ngejagain Teya disini. Kalian keliatan capek.. titip apartement gw ya.. kalo ada apa-apa langsung hubungin gw. Karna gw gag bisa ninggalin Teya disini sendirian. Kasian dia.. dia pasti punya alasan yang kuat kenapa sampai se’fatal ini jadinya. “ jawab Ken lemah sambil menahan air matanya yang hampir jatuh dari pelupuk matanya.
    Ron dan yang lainnya meninggalkan Ken yang masih terlihat menahan tangisannya, mereka telah mengenal Ken dengan baik. Makanya sampai detik ini pun Ken gag pernah bosen nampung Ron, Dion dan Ryan di apartement pribadinya. Ken udah nganggap mereka sebagai keluarga, makanya Ken ngasih kepercayaan penuh sama mereka. Alhasil dengan berjalannya waktu hadirlah Dream yang semakin exis di jagat hiburan dunia musik. Gag luput dari usaha Teya yang selalu mengutamakan kepentingan Dream, termasuk kepentingan para personilnya. Teya mampu menggarap perannya sebagai vokalis, pencipta lagu, manager dan manajement. Dia yang menulis lirik, nyari melodi, memanage keperluan band dan mempresentasikan band’y ke banyak produser-produser ternama. Satu alasan kenapa Ken gag pernah nyatain perasaannya, karna gag mau merusak semangat Teya dalam berkarir. Takutnya karna keegoisan Ken akan perasaannya bisa membuat Teya berubah. Apalagi Ken tau bagaimana masa lalunya, meski gag tau apa alasan Teya membenci masa lalunya. Ken hanya punya sedikit informasi, yang Ken tau Rama pergi ninggalin Teya dan ngebiarin Teya sendiri ngejalanin kehidupannya. Tapi Ken gag tau apa alasan dari itu semua.
    Ken mencoba masuk ruang rawat, dia duduk disebelah Teya yang tertidur. Mencoba menggenggam tangannya.. namun Teya terbangun.
    “ Udah lama ka disini? “ tanya Teya lemah.
    “ Emm.. lumayan. Gimana tidurnya?? Nyenyak?? “ tanya Ken.
    “ Lumayan lahh buat ngegantiin tidur yang kemaren-kemaren.. “ Teya tertawa kecil
    “ Kamu sih dibilangin jangan begadang, susah kan dibilanginnya.. terus gimana keadaan kamu sekarang de?? “
    “ Masih agak pusing coz alat-alat medis ini nyiksa aku ka.. aku gag betah, pengen cepet-cepet pulang. “ jawab Teya sambil merintih sakit karna dia mencoba mencabut selang infusan dari tangannya. Tapi dicegah Ken! “ Ka.. maaf soal perform kita yang gagal kemaren.” Ucap Teya sedih
    “ Heyy,, bukan waktunya buat mikirin band de,, yang penting sekarang keadaan kamu. Kamu harus cepet pulih biar bisa pulang terus nerusin semua kerjaan kamu, inget de.. aku selalu ada wat kamu. Begitu juga dengan yang lainnya.. mereka semua nunggu kamu pulang.” Jawab Ken.
    Teya tersenyum tipis, dia terdiam.. Ken mencoba menebak apa yang Teya pikirkan. Tapi seperti biasa, Ken selalu salah dalam hal membaca pikiran Teya. Gadis itu memiliki ribuan ide-ide gila, termasuk dalam hal membangun studio band pribadi di kawasan Kemang Jakarta. Tapi hasilnya lumayan, setiap hari studio itu gag pernah sepi. Udah termasuk studio band terbesar di kawasan Kemang. Ken hanya mengelus-ngelus dada tiap kali gadis itu menunjukkan penyakit nekatnya dalam hal yang positif.
***
    Tepat seminggu Teya dirawat dirumah sakit, sampai akhirnya dokter mengijinkan Teya pulang. Ken mengadakan pesta kecil-kecilan  dalam rangka menyambut kepulangan Teya. Tapi jauh dari niat ingin mabok-mabokan lagi, pesta kali ini mengundang sepuluh anak jalanan yang udah dilatih Dion untuk menyanyikan lagu-lagu yang ditulis Teya.
    Ken dan yang lainnya bahagia melihat Teya bisa tersenyum puas karna usaha mereka, sujud syukur karna kembalinya Teya di kehidupan mereka. Kejadian seminggu yang lalu adalah hal yang paling mengerikan yang pernah mereka hadapi. Melihat Teya tak berdaya di rumah sakit, itu adalah hal yang paling menyedihkan yang pernah mereka rasakan. Karna setau mereka Teya adalah gadis yang kuat, tapi mereka sama sekali gag mengetahui bagaimana didalam raganya.
***
    Diam-diam Ken menemui Rama di kediamannya, belakangan ini Ken mencoba menghubungi Rama dan mereka janjian untuk bertemu. Niat Ken hanya satu, ingin lebih tau untuk mengenal masa lalu Teya. Karna Teya masih tertutup, sangat tertutup.
    “ Maaf menganggu malam-malam begini.” Ujar Ken saat Rama menyuruhnya masuk keruang tamu.
    “ Yeah gag apa-apa Ken.. maaf juga karna gw gag bisa nemuin loe diluar. Kondisi gw lagy gag bagus, kebanyakan begadang karna belakangan ini Venus lagi banjir job. “ jawab Rama sedikit menyombongkan diri. Tapi Ken gag menghiraukannya.
    “ Loe udah tau soal kejadian beberapa minggu yang lalu waktu di Honey Cafe kan..?” tanya Ken.
    “ Iya,, gw turut prihatin ya atas kejadian itu, nyesel gw gag sempet nengok Teya. Gw juga tau dari manager gw yang cerita pas gw lagi perform katanya si Teya kritis di ruang tunggu. Pas kelar perform sempet gw mau nengok Teya tapi kalian udah gag ada. “ balas Rama.
    “ it’s ok.. gw ngerti kesibukan loe. Gw kesini cuma mau nanya soal masa lalu Teya, gw tau loe tau apa alesan Teya bisa kayak gini. Semenjak gw kenal dia, dia selalu tertutup. Bahkan gw tau loe mantannya aja itu bukan dari mulut dia sendiri, tapi dari orang kepercayaan gw. Gw pengen tau lebih jauh soal dia dan kalo emang boleh gw juga pengen tau gimana kejadiannya sampe akhirnya loe ninggalin dia.” Ujar Ken.
    Rama kaget mendengar pertanyaan Ken, dia berpikir selama ini Ken beserta band’y mengetahui keadaan Teya. Memang Rama mengenal baik sifat Teya yang sama sekali gag mau di manja apalagi harus terbebani dengan masalah pribadinya. Makanya Rama mencoba menjelaskan kenapa dia dulu ninggalin Teya, Rama merasa bersalah dan itu pun sampe sekarang dia rasakan. Karna kesalahannya itu Teya sampai menderita sindrom ketraumatisannya, bahkan lebih parah lagi Teya lupa akan penyakit mematikannya itu. Teya gila kerja, Teya gag peduli akan sakitnya. Itu semua dia lakukan untuk ngelupain masa lalunya. Dia berhasil, namun keberhasilannya sirna ketika Venus muncul berbarengan bersama Dream dalam suatu acara.
    Ken mencoba menahan amarahnya ketika Ken mengetahui alasan Rama ninggalin Teya, diluar kesempurnaan dan keteguhan Teya ternyata dia menderita penyakit leukemia. Teya sering kumat kalo dia agy stres, awalnya sama. Teya tertutup terhadap Rama.. sampe akhirnya karna seringnya Teya kumat. Rama memaksa Teya untuk terbuka. Rama sadar kalo Teya berusaha semaksimal mungkin untuk jujur padanya. Rama kaget mendengar pernyataan Teya, terbesit pikiran kalo dia merasa gag sepantasnya memperjuangkan gadis yang penyakitan dan umurnya gag akan lama lagi. Rama dengan tanpa memiliki perasaan kasian ninggalin Teya gitu aja. Hanya meninggalkan surat yang isinya “selamat tinggal, aku pergi”. Bertahun-tahun berlalu dan inilah kelanjutannya.
    Jujur Rama pun kaget ketika melihat Teya dan band’y berada dalam satu acara, Rama pikir Teya telah meninggalkan nama. Teya Mariska, seorang gadis yang telah mendapatkan vonis dokter hanya akan bertahan hidup gag akan lebih dari satu tahun. Selama enam tahun berlalu, dia masih ada. Bahkan dia telah melakukan banyak hal yang gag akan membuat percaya orang yang mengetahui keadaan sebenarnya.
    Ken ingin sekali menghajarnya, namun dia inget akan niatnya yang hanya ingin tau soal Teya. Bukan ingin mencari masalah sama Rama. Setelah puas mendapatkan informasi yang berharga dari Rama, Ken bergegas pulang. Ingin secepatnya menghampiri Teya dan memeluknya. Ingin rasanya dia mengatakan “semuanya akan baik-baik aja”.
***
    Teya berusaha untuk memanage keperluan Dream. Dia fokus akan perform minggu depan, ada undangan untuk lima band terbaik di Jakarta. Dan salah satunya adalah Dream. Teya berpikir keras untuk membuat single ketiganya, single pertama dan kedua memang booming di jagat hiburan. Gag berhenti mengalir rezeki-rezeki yang gag pernah terbayangkan. Ken ngedadak tersadar akan lemahnya Teya, tapi andai kata Teya mengetahui kalo Ken beberapa waktu lalu menemui Rama. Gag menutup kemungkinan Teya akan mengalami hal yang sama seperti kejadian dua bulan yang lalu. Dan Ken gag akan pernah punya pemikiran seperti itu!
    “ udah jadi nii lirik ma melodinya.. coba deh di otak-atik lagunya..” pinta Teya ke Dion.
    “ De.. kamu udah begadang berapa lama belakangan ini??” tanya Ken cemas
    “ Hehe.. baru enam hari ka.. udahlah yang penting selesai kan tugas aku wat bikin single kita. Aku tidur dulu yah ka.. ngantuk banget semalem sama sekali gag bisa tidur. “ ujar Teya sambil berlari kecil ke kamarnya. Ken tetap terlihat cemas akan kondisi Teya,  seperti biasa dia berusaha untuk mengatasi rasa kekhawatirannya.
***
    Teya berjalan di padang pasir, terasa panas dan gersang. Kakinya hampir melepuh karna teriknya matahari. Tak ada seorang pun disitu, sesekali terlihat air yang sangat jauh, Teya berusaha mendekati air itu, berjalan lemah, merintih sakit. Tak terbayangkan betapa lelahnya bertahan hidup di dalam keadaan minim. Teya tertatih berjalan mendekati sumber kehidupan itu, faktanya semua itu hanya fatamorgana. Teya tetap tidak menemukan sumber air, dia sadar kalo dia sedang berada di padang pasir yang luas. Dan tak ada apa-apa kecuali hanya teriknya matahari dan panasnya pasir yang dia lalui.
    Seakan Teya tetap ingin berjuang untuk bertahan hidup, meskipun tak mungkin tapi dia tetap berusaha. Dia teringat akan ibunya yang selalu berpesan, jangan pernah kalah akan cobaan sebesar apapun. Terus lalui dengan kepala dingin. Ayahnya juga selalu berpesan, selalu utamakan pemikiran yang positif, jangan pernah mau bertahan dalam pemikiran yang negatif. Itu yang sampai saat ini selalu jadi panutan hidupnya, meski sendirian tapi dia tidak pernah mengeluh karna kesendiriannya. Tetap jalanin dengan bahagia, apapun kondisi yang sebenarnya.
    Wajah Teya semakin pucat seakan udah gag ada kekuatan lagi untuk bisa melewati panasnya pasir-pasir itu. Dia terjatuh.. napasnya sesak.. sangat sesak. Ingin berteriak tapi suaranya seakan tak kuasa menahan sakit yang dideritanya. Dia hanya mampu berzikir dan pasrah terhadap Yang Maha Adil. Teya merasakan kakinya udah lepas dari raganya, tak terasa apa-apa.. ingin menangis tapi air matanya udah habis mengganti cairan-cairan yang udah banyak hilang dari tubuhnya. Tapi tetap Teya berusaha untuk bangun. Melawan derasnya cobaan yang mungkin orang lain gag mampu melewatinya. Teya ambrukk.. dia dah gag mampu berdiri, dia tetap menggerakkan tubuhnya agar gag keram. Terseok-seok melintasi ribuan hektar padang pasir yang semakin panas. Teya mencoba menyanyi dalam keadaan terbaring di bawah terik matahari, menyanyi semampunya. Agar dia gag tertidur, semampunya dia mengingat lagu apa aja yang dia hapal. Menyanyi dan menyanyi.. suaranya makin melemah hingga kemudian menghilang. Kemampuan Teya berhenti sampai dia hanya bisa memejamkan kedua matanya.. Teya tertidur.. berharap ada yang membangunkannya nanti. Entah ribuan burung yang membawanya terbang tinggi. Tapi dia merasa tubuhnya melayang jauh.. jauh... sangat jauh. Entah burung-burung itu akan membawanya kemana, Teya hanya pasrah. Terus melayang... hingga akhirnya Teya terjatuh dan terbangun.. tersentak dia terdiam dan terus berpikir, Mimpi ini lagi, gumamnya.
***
    “ de.. kamu baik-baik aja kan..? “ tanya Ken yang sedari tadi memperhatikan keadaan Teya. Ken tau kalo Teya mengetahui Venus akan perform bareng lagi dengan Dream. Sering ada kesempatan itu, tapi gag pernah sekalipun tercapai, diluar sana banyak band-band baru yang ingin duet perform sama Venus. Tapi selalu Dream yang mendapat kesempatan, tapi ya itu tadi semua itu hanya kesempatan, gag pernah terlaksanakan.
    “ aku...? aku gag apa-apa ka.. cuma aku sedikit haus ya..” jawab Teya pelan.
    Ken bergegas mengambil air di meja makan, dan kembali menemani Teya di ruang tamu undangan. Terlihat personil yang lain sedang sibuk check sound di panggung, Teya menelan air minumnya dengan rasa pahit. Apalagi yang akan terjadi hari ini?? Gumamnya.
Mendadak Teya menjadi pesimis, dia gag percaya diri dengan penampilannya kali ini. Tapi Dion, Ken, Ryan dan Ron berusaha semaksimal mungkin untuk meyakininya.
    “ Ini kesempatan emas Tey.. kalo produser-produser itu ngeliat kita perform kita langsung tanda tangan kontrak wat bisa ambil posisi di Swedia Cafe. Apa iya harus gagal agy???” ujar Ron sedikit berteriak.
    Teya berpikir keras, isi pikirannya campur aduk. Perasaannya semakin gag jelas, Ken mencoba menahan emosi Ron, sekiranya itu wajar karna ini memang kesempatan paling berharga buat Dream. Tanpa harus memperdulikan adanya Venus disamping itu semua.
    Teya tetap berpikir dan terus berpikir.. tanpa sadar di sebelahnya telah berdiri seorang laki-laki. Yang tak lain adalah Rama, Ken hampir emosi melihat Rama mendekati Teya. Dia memberikan senyuman licik ke arah Ken, tetap Teya sibuk dengan pikirannya.
    “ Tey...” tegur Rama menyadarkan kesibukan Teya.
    Teya gag bisa menutupi rasa kagetnya, hampir tujuh tahun gag pernah berpapasan langsung sama Rama. Kini dia tepat ada didepannya. Teya merasa kakinya lemah dan gag bisa menopang tubuhnya yang kian melemah juga. Ken melihat ekspresi Teya dengan perasaan khawatir yang tinggi. Sesekali Ken melihat sinis ke arah Rama. Ingin rasanya dia menghajar laki-laki itu, dan menariknya pergi dari hadapan Teya. Tapi apa daya Ken, yang Teya tau Ken gag mengetahui sedikitpun soal masalahnya sama Rama. Kalaupun Ken mengambil tindakan pasti Teya berpikir kalo Ken secara diam-diam mencari tau soal masa lalunya. Alhasil Teya akan membencinya, bahkan bisa lebih membencinya daripada ke Rama. Ken membuang jauh-jauh pikiran itu.
    “ Tey... are you OK? “ tegur Rama sekali lagi. Teya hanya mengangguk pelan, sesekali dia merasakan sekujur tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin kembali mengucur deras..
Rama tersadar akan perubahan kondisi Teya yang mendadak pucat. Rama pun langsung mengambil tindakan cepat.
    “ Aku minta maaf sebelumnya tiba-tiba aku hadir, aku hanya ingin mengetahui keadaan kamu Tey.. aku sering melihat kondisi mu down ketika Venus hadir. Aku tau alesan kamu, tapi aku yakin kamu bisa melewatinya tanpa harus ngorbanin Dream kebanggaanmu itu Tey.. aku mengenalimu baik jauh sebelum mereka mengenalimu.” Ujar Rama.
    Teya tersadar akan band’y.. sedikit kata-kata Rama masuk ke dalam pikirannya. Teya kembali berpikir. Satu tujuan yang harus dia tuju, yaitu Dream. Mereka tergantung padaku, pikirnya. Bahkan para penikmat lagu-laguku memberi harapan besar akan kebijaksanaanku saat ini. Teya sesekali melihat wajah Rama yang menanti respon baik dariku, tapi rasa trauma itu telah menguasai pikiranku. Tubuhku kembali bergetar hebat...
    “ Tey.. jangan pernah paksa keadaanmu, aku tau kamu lemah. Tapi aku selalu percaya, gag semua orang bisa sehebat kamu. Bahkan aku sendiri masih belum percaya kalo kamu masih disini. Berdiri didepanku semenjak kejadian tujuh tahun yang lalu.” Ujar Rama lagi. Tapi kali ini dia yakin Teya akan memberikan respon terhadap perkataan Rama. Benar saja, Teya kembali memandang Rama. Walaupun hanya sesaat, itu wajar karna Rama tau betapa besar kesalahannya dulu hingga membuat Teya menderita sampai detik ini.
    “ Aku sadar Tey, kalah ulahku kamu sampai seperti ini, mungkin udah waktunya aku menyesal, dan menebus semua kesalahanku.. entah apa yang kamu inginkan. Aku akan lakukan semampuku.” Jelas Rama
    “ Seharusnya kamu sadar Tey, gag harus karna masa lalumu terus kamu tersudut akan penderitaanmu. Kamu boleh ngelupain aku, kamu boleh ngelupain kejadian-kejadian itu, tapi kamu gag boleh menutup pintu hatimu Tey. Apa karna kesalahan aku sampe menutup pikiran kamu, hingga akhirnya kamu gag pernah sadar kalo di dekat kamu ada seseorang yang menyayangimu tulus... sangatt tuluss..” ujar Rama.
    Teya kembali menatap Rama..
    “ Maksud mu??” tanya Teya heran. Dan kembali membuang muka dengan menatap panggung dimana dia bersama band’y akan perform nanti.
    Rama ingin tertawa keras melihat respon Teya yang berubah, kepolosannya masalah hati belum hilang sampai sekarang. Seperti biasa dia gag pernah peka akan perasaan orang lain.
    “ Ken.. aku bisa lihat ketulusannya merawatmu, ngejagain kamu, bahkan dia rela pertaruhin semuanya cuma wat kamu Tey.”
    Teya tersenyum tipis, dia menganggap Rama hanya pembual. Teya merasa kali ini tak akan pernah kemakan omongannya Rama lagi.
    ” Terserah kamu mau percaya atau ngga, tapi yang jelas aku bisa lihat itu semua. Karna aku laki-laki, kita sama.. dan itu yang aku rasakan dulu saat aku jatuh cinta sama kamu Tey. Ken kini yang merasakan itu semua.. harusnya kamu menyadari itu Tey.. “ Jelas Rama lagi.
    “ Heii pria.. kamu gag kenal siapa itu Ken. Jadi aku harap kamu jangan asal ambil keputusan sesuai pemikiranmu yang gag jelas itu.” Bentak Teya. Ken melihat sikap Teya yang berubah, dia gag bisa mendengar pasti apa yang mereka perbincangkan. Karna Ken percaya Rama gag akan bertingkah konyol. Sekalipun Teya sampe kenapa-kenapa, taruhannya adalah nyawa Rama sendiri. Gag akan segan-segan Ken kalut untuk menghajar Rama kalo emang itu terjadi.
    Rama bercerita tentang Ken yang menemuinya beberapa waktu lalu dirumahnya. Teya mendengarkan dengan seksama tanpa teringat dengan kesalahan Rama dulu. Baginya yang ada dihadapannya adalah Rama rekan satu profesinya, bukan Rama yang ada di masa lalunya. Teya berusaha untuk mengambil pikiran positifnya, Teya menunduk... merasa dia begitu bodoh sampai gag menyadari itu semua. Ken begitu hangat, begitu baik, selalu penuh perhatian. Selama tujuh tahun ini Ken selalu ada untuknya.. kenapa aku gag pernah sadar akan hal itu?? Gumamnya.
***
    Acara yang ditunggu-tunggu banyak orang, penampilan Venus dan Dream yang jarang terjadi. Bahkan mungkin ini pertama kalinya mereka bisa tampil bersama. Ken masih bingung dengan perubahan sikap Teya, dia gag percaya Teya dapat melewati perform kali ini. Personil Dream yang laennya pun sama, mereka masih gag percaya Teya bisa perform dengan sempurna tanpa harus mengalami kejadian seperti yang udah-udah.
Teya tersenyum puas akan keberhasilannya, ternyata perkataan Rama dijadikan semangat baru untuknya, bukan justru dijadikan boomerang baru dalam setiap kehidupannya. Teya berjalan mendekati Ken, dan menariknya mendekati Rama. Ken gag mengerti apa yang dilakukan Teya, merasa ada yang akan terjadi kali ini. Tapi Ken gag mampu membaca pikiran Teya. Teya hanya tersenyum melihat Ken yang semakin bingung, Ken gag bisa mengeluarkan kata-kata saat Rama menarik tangan Ken dan Teya.
    “ Kalian terlihat sempurna malam ini...” ujar Rama.
    “ Sebenarnya apa yang terjadi Tey.. aku gag ngerti sama sekali.” Tanya Ken.
    Teya dan Rama saling berpandangan kemudian tertawa melihat ekspresi wajah Ken. Ken merasa kesal karna dia merasa ada yang gag beres dengan semua ini.
Teya gag peduli dengan apa yang dirasanya, bagaimana rasa sakitnya, bahkan dia gag peduli dengan masa lalunya lagi. Sekarang yang ada di pikirannya hanya Dream band dan Ken. Teya tersadar suatu saat dia akan kehilangan itu semua, padahal faktanya justru mereka yang akan kehilangannya. Kehilangan seorang gadis yang sangat dikagumi Ken beserta jadi panutan orang banyak. Kehilangan bukanlah suatu hal yang akan membuat kita selalu terpuruk menyesali keadaan. Tapi justru sebagai kisah yang tak akan pernah terlupakan, akan menjadi cerita terpanjang selama kehidupan seseorang itu masih berjalan. Sampai ia menemui ajalnya...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar